Kamis, 23 Agustus 2012

Cinta Dalam Islam

Tentang Cinta
Top of Form
Bottom of Form
Risalah Wanita
Cinta yang bersemayan dalam hati, merupakan hal yang banyak mengandung misteri…
Pembahasannya tidaklah pernah berakhir…sampai tidak ada lagi manusia yang memiliki hati tersisa di atas bumi ini…
Manusia diciptakan dengan potensi cinta terhadap sesuatu, dan potensi cinta yang dimiliki oleh setiap manusia tidak pernah dapat dibagi sama rata,
hati  akan selalu cenderung untuk lebih mencintai sesuatu dari pada yang lainnya.
Pendekatan yang dapat memudahkan kita dalam memahami hal ini bisa kita tanyakan pada hati seorang ibu yang memiliki 3 anak,
apakah sama perasaannya cintanya pada 3 anak yang dilahirkan melalui rahimnya sendiri ?.
Boleh jadi, ...
perhatian dan perlakuan tidaklah berbeda, tetapi, kecenderungan hati untuk lebih mencintai yang satu dengan lainnya, adalah merupakan satu fitrah yang tidak bisa di tolak...
Inilah potensi cinta Allah anugerahkan dalam setiap hati manusia, dan melalui potensi inilah lahir kekuatan cinta yang sangat dahsyat.
Dahsyatnya kekuatan cinta dapat membuat manusia melakukan sesuatu yang berada seakan-akan berada diluar kemampuannya,
Kekuatan cinta dapat mendorong manusia untuk menanggalkan dunia dan seisinya demi mendapatkan cintanya,
bahkan tidak sedikit kekuatan cinta mendorong manusia untuk tidak segan-segan menyerahkan jiwa dan raganya..demi cintanya
Ada kisah nyata yang mungkin pernah kita dengar, atau kita saksikan melalui film "Titanic"
Tentang percintaan terlarang dari seorang wanita keturunan bangsawan dan seorang pemuda tampan yang bukan bangsawan.
Mereka secara tidak sengaja bertemu dalam sebuah kapal besar yang sangat terkenal, yaitu kapal Titanic.
Kisah ini betul-betul memperlihatkan kepada kita, bagaimana kekuatan cinta sanggup mendorong seorang wanita untuk melepaskan kehidupan yang gemerlap, melepaskan status kebangsawanannya, dan melakukan apa saja demi pria yang dicintainya… Demikian pula sebaliknya dengan sang pria, bahkan demi cintanya terhadap sang wanita, ia rela mengorbankan jiwa dan raganya…
Itulah sedikit gambaran dari dahsyatnya kekuatan cinta, …
Tetapi, pada sisi yang lain kekuatan cinta, memang tidak selalu dirasakan indah oleh seseorang..
kekuatan ini dapat pula memberikan dorongan yang sangat berbahaya..,
patah hati,
putus cinta,
cinta yang bertepuk sebelah tangan,
dapat mendorong manusia masuk kedalam jurang keterpurukan yang dalam, kehilangan gairah hidup,
kehidupan yang kacau balau,
bahkan bisa berujung pada membunuh dirinya sendiri…
Jika demikian, maka bagaimanakah sebaiknya kita menggunakan potensi cinta ?… karena sesungguhnya ia merupakan kekuatan yang amat dahsyat, yang dapat membantu manusia mencapai kebahagiaan hidup, tetapi pada sisi yang lain, cinta dapat membunuh dirinya…
Tentunya, sebaik-baiknya petunjuk dalam menggunakan potensi cinta yang kita miliki, haruslah berasal dari sumber segala cinta, dan Pencipta dari rasa cinta itu sendiri.
Maka, Allah berfirman dalam Al Quran ;
(9:24) “Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.
Bagaimana kita memahami hal ini...?,
Dan dalam ayat diatas, Allah telah memperingatkan kita, agar kita bisa lebih mencintai Allah dari pada yang lain, lalu kita membagi sisanya dengan apa yang kita miliki.
Tentunya ada hikmah dibalik perintah Allah dalam menggunakan potensi cinta yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahwa kekuatan cinta sangat berhubungan dengan kesedihan dan kegembiraan...
dan petunjuk mengenai kesedihan dan kegembiraan diterangkan sebagaimana ayat 23 dalam surat al Hadid ;
"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput atau hilang dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu....",
Inilah sebaik-baiknya petunjuk yang Allah berikan kepada kita,
makna ayat ini mengajarkan kepada kita;
Agar kita jangan terlalu bersedih jika kita kehilangan sesuatu, karena dunia bukanlah tempat yang abadi,
Dan pada sisi yang lain, juga pula terlalu bergembira jika mendapatkan sesuatu, karena dunia bukanlah tempat yang abadi...
Sikap pertengahan...adalah sikap yang Allah ajarkan kepada kita melalui ayat ini.
Dalam konteks cinta, sikap pertengahan adalah dengan tidak terlalu mencintai apa yang ada di dunia ini, atau dengan kata lain, gunakanlah potensi cinta yang kita miliki untuk lebih mencintai Allah dari apapun yang ada di dunia ini sebagaimana yang diterangkan melalui ayat 24 dalam surat at taubah 9 :
Karena jika kita terlalu mencintai apa yang kita miliki, maka ketika apa yang kita cintai itu hilang, kegembiraan akan berganti dengan kesedihan yang sebanding dengan kecintaan kita terhadap apa yang hilang...
Ilustrasi untuk memahami hal ini bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari...
Mana yang lebih menyedihkan, kehilangan uang 100 rupiah atau 100 juta rupiah...?
Kebanyakan orang akan merasa lebih sedih jika ia kehilangan uang 100 juta rupiah, kenapa...?
Karena dirinya lebih bergembira ketika mendapatkan 100 juta dibandingkan dengan mendapatkan uang 100 rupiah ...
Jika saja perasaannya sama ketika mendapatkan uang 100 rupiah dengan 100 juta rupiah...maka ketika ia kehilangan uang 100 juta rupiah...kesedihannya tidak melebihi dari ia kehilangan uang 100 rupiah..
Demikian pula dengan cinta....
ketika seseorang sangat mencintai orang lain, maka ketika ia kehilangan orang yang dicintainya, kesedihannya akan sebanding dengan kecintaannya...
Dan kekuatan cinta yang tidak sampai pada tempatnya inilah yang membuat kebanyakan manusia frustasi, putus asa, dan berbagai hal negatif lainnya...
Dan Allah tidak menginginkan hal ini terjadi pada hamba-Nya...hidup dalam belenggu cinta yang menyulitkan dirinya
karena itu...
Allah mengajarkan kepada manusia untuk menggunakan potensi cintanya kepada allah lebih dari cintanya kepada apapun juga di dunia ini....
Cinta kepada Allah, bukanlah satu hal yang tidak mungkin…
Karena banyak kisah dalam Al Quran yang Allah abadikan tentang cinta seorang hamba kepada Rabb-nya...
Memang, cinta tidaklah datang dengan sendirinya,
Cinta memerlukan proses,
Cinta memerlukan waktu,
dan Cinta memerlukan pengorbanan…
Tetapi jika tidak dimulai dari saat ini...,
Kapan kita akan mulai belajar untuk mencintai Allah…?
di kehidupan yang mana kita akan membukakan hati kita untuk menerima kasih sayang Allah…?
Marilah kita belajar untuk lebih mencintai Allah..
Mencintai Allah, adalah cinta yang abadi, cinta yang suci…
Karena sesungguhnya..
Allah tidak pernah mengkhianati seorang hamba yang mencintai-Nya…
Wallahu’alam..

Mengurat Dan Bercinta Menurut Islam

Adalah sesuatu yang amat perlu untuk seseorang itu memulakan mukadimah cinta dengan mengurat. Apakah hukum mengurat dan bercinta dalam Islam? Apakah dibenarkan seorang lelaki muslim berbual dengan perempuan muslim?. Semua persoalan ini mungkin bermain-main dibenak fikiran remaja muslim yang sangat menitikberatkan ajaran Islam. Bagi sahabat remaja muslim yang kurang mengambil berat persoalan ini, mungkin mereka akan mengunakan formula “pakai bedal sahaja”. Salah tanggapan dan silap fahaman terhadap persoalan ini boleh mewujudkan konflik dalam diri remaja muslim.
Secara kasarnya ada sesetengah ulama menganggap mengurat dan bercinta itu halal tetapi kebanyakkan ulama yang lain pula menganggap haram. Bagaimanapun dikalangan ulama Fekah terdapat beberapa orang ulama yang merupakan pencinta yang hebat seperti Daud az-Zahiri yang merupakan imam Mazhab az-zahiri. 
Sebenarnya mengurat dan bercinta sama-sama penting dalam kehidupan. Tiada siapa yang dapat lari daripada mengurat dan bercinta termasuk mereka yang bercinta selepas berkahwin. Hal ini kerana mereka yang bercinta selepas berkahwin akan melihat bakal isteri sebelum diijabkabulkan.
Selain itu jika cinta dianggap sebagai mukadimah kepada perkahwinan, maka mengurat pula dianggap sebagai mukadimah kepada bercinta. Kedua-dua ini berkait antara satu sama lain kecuali bagi mereka yang berkahwin atas pilihan keluarga.
Mengurat dan bercinta dianggap berguna jika ia membawa kepada kebaikan. Sebagai contoh mengurat dan bercinta yang disusuli dengan perkahwinan dan mendirikan rumah tangga adalah berguna kerana ia membawa kebaikan. Dari sini terbentuk pula keluarga dan daripada keluarga ini terbentuk pula masyarakat seterusnya negara.Tidakkah dalam konteks ini mengurat dan bercinta tepat dengan ajaran Islam? Jawabnya ia memang bertepatan dengan ajaran Islam kerana manusia yang diamanahkan Allah sebagai khalifah di muka bumi ini perlu meneruskan survival sehingga ke hari kiamat. Kemungkinan jika manusia tidak mengurat dan bercinta, kita akan pupus di dunia seperti pupusnya dinasour dan ini sudah tentu menyalahi amanah Allah itu.
Namun dari sudut lain, mengurat dan bercinta dianggap tidak berguna dan tidak membawa kepada kebaikan. Mengurat dan bercinta seperti ini tidak menjadi mukadimah kepada perkahwinan sebaliknya mukadimah kepada melahirkan anak luar nikah atau mencampakkan anak yang tidak berdosa ke dalam tong sampah dan longkang.
Mengurat dan bercinta seperti ini dilarang dan diharamkan dalam Islam. Selain itu perlu diingatkan juga bahawa tindakan seseorang itu mengurat dan bercinta itu biasanya bertitik tolak daripada perasaan dan emosi, maka dengan itu mudah sekali terjerumus dalam perkara-perkara yang tidak baik. Oleh itu sesiapa sahaja yang berhadapan dengan ajakan perasaan dan emosi untuk mengurat dan bercinta perlu berusaha sedaya upaya mengunakan kewarasan akal.
Malah sebagai seorang muslim kita juga perlu mengelak daripada konteks fizikal atau luaran yang boleh mencetuskan keghairahan seks yang seterusnya menyebabkan berlaku perlanggaran hukum Allah iaitu perzinaan. Dalam hal ini adalah amat perlu setiap individu muslim berpegang kepada tanggugjawab menjaga dan memelihara aurat kerana persoalan keghairahan seks mempunyai hubung kait yang amat besar untuk berlakunya perzinaan.
Bagi mengelak daripada perkara-perkara terkutuk ini berlaku, panduan rasulullah perlu dipatuhi. Baginda melarang orang Islam supaya jangan melampau dalam mengurat. Malah baginda menyuruh mereka bercinta kerana Allah iaitu mencintai orang yang dikasihi kerana Allah.
Terdapat beberapa riwayat menceritakan Nabi Muhammad s.a.w membenarkan hamba menyanyikan lagu mengurat dipanggil ghazl. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah, Rasulullah menyuruh Aisyah menghantar seorang hamba yang pandai menyanyi lagu ghazl kepada pengantin kaum Ansar yang menjadi kerabat Aisyah. Ini kerana menurut Nabi, kaum Ansar ada keramaian termasuk mendendangkan lagu-lagu ghazl. Baginda berkata : Sesungguhnya kaum Ansar adalah kaum yang ada pada mereka ghazl. (Ibnu Majah. Hadis No 1890) 
Ghazl bermaksud mengurat tetapi ghazl dalam beberapa hadis nabi bermaksud mendendangkan lagu-lagu cinta yang sunyi daripada kata-kata baik dan sebagainya. Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh al-Bukhari,muslim dan lain-lain, Rasulullah menginggatkan supaya seorang penyanyi keluarga baginda bernama Anjasyah supaya jangan terlalu melampau mendendangkan lagu-lagu yang memperkatakan tentang mengurat dan bercinta.
Dato Dr Mashitah Ibrahim, penolong profesor di Jabatan al-Quran dan Sunah, Kulliah Ilmu Wahyu dan Warisan Islam, Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM) memberi penjelasan mengenai cinta. Cinta ujarnya sering dikaitkan dengan barat atau Bollywood tetapi sebenarnya orang terlupa bahawa pokok persoalan cinta merupakan matlamat asasi dalam Islam.
Islam adalah agama yang membawa matlamat cinta. Cinta kepada Allah, cinta pada rasul, cinta kepada negara dan cinta sesama manusia. Sebab itulah rasulullah menekankan dalam mendidik anak-anak daripada kecil lagi diterapkan soal cinta. Dalam sebuah hadis, Nabi bersabda: tanamkan dalam diri anak-anak kamu cintakan Allah, cintakan Rasul, cintakan ahli keluarga Rasulullah dan cintakan membaca Al-Quran.
Ini menunjukkan cinta itu suatu yang penting diterapkan dalam diri setiap muslim sehinggakan Nabi s.a.w bersabda bahawa tidak masuk syurga sehingga kamu belajar cinta-mencintai diantara satu sama lain. 
Remaja bercinta jelas beliau bukan suatu perkara yang melanggar fitrah. Ia satu fitrah tetapi perlu diaturkan bagaimana cara mereka bercinta. Cinta tidak boleh berdasarkan emosi semata-mata, REMAJA mesti ada rasa tanggungjawab.
Renungan Hati
Mampuhkah aku menjadi Matahari....? Kekuatan cahaya yang paling agung berada pada sang khalik, sinarNya tak mampu untuk menempati ruang bumi dan langit, namun mampu untuk menempati hati yang bersih

Terbanglah dengan tenang

Berhembuslah wahai cinta dalam jiwa
Terpaan kasih sayang kan selalu menerpa alam semesta
Sejuk dan damai terasa
Burung-burung bernyanyi
Daun-daun bergoyang dan menari
Manusia tak putus menyebut nama sang pencipta

Berhembuslah wahai angin yang selalu didamba
Terpaanmu akan selalu berada dalam jiwa
Ketenangan hati telah tumbuh dengan sempurna
Burung-burung kan selalu berkicau untukmu
Daun-daun kan selalu mengipas jiwamu
Manusia akan tennang dengan meyebut namamu

Menjelma Menjadi Malaikat

Ku bejalan ke tepi pantai
Ku temukan bebatuan dan pasir putih
Tangan kugoyangkan, cipatakan istana mungil

Kemudian …..
Ku melihat dari kejauhan mata
Sebuah perahu kecil terapung di atas lautan
Didayung oleh seorang bangsawan kecil

Banyak Jalan Menuju Tuhan

Entah mengapa …..
Semua sudah mengering
Sedikit demi sedikit berubah menjadi batu
Jiwanya telah pergi terbawa angin topan
Jasmaninya telah membisu tanpa kata-kata
Ruhnya berdiam diri tanpa senyum sedikitpun
Ah …..
Apa sebenarnya yang telah terjadi
Aku melihat awan tersenyum dengan air mata
Airnya meluap memecahkan batu karang
Jadilah ia merendap ke dasar lautan
Lalu ku dengar suara merdu itu muncul dengan tiba-tiba
Dari dalam lautan berubah menjadi ombak
Aku melihat ombak itu menggulung seperti bunga
Indah dipandang …..

Please forgive me...

When the approach of midnight nearby me
Iam not in the grip of canar desire
Couse the actuary of heaven will comes nearly
I'll be in my god
I kept my body around human being
And i look up to the sky
I see the amazemant of god's creation
Ingatkah saat Anda dulu jatuh cinta? Atau mungkin saat ini Anda tengah
mengalaminya? Itulah yang sedang terjadi pada salah seorang sahabat saya.
Akhir-akhir ini tingkah lakunya berubah drastis. Ia jadi suka termenung
dan matanya sering menerawang jauh. Jemari tangannya sibuk ketak-ketik di
atas tombol telpon genggamnya, sambil sesekali tertawa renyah, berbalas
pesan dengan pujaan hatinya. Di lain waktu dia uring-uringan, namun begitu
mendengar nada panggil polyphonic dari alat komunikasi kecil andalannya
itu, wajahnya seketika merona. Lagu-lagu romantis menjadi akrab di
telinganya. Penampilannya pun kini rapi, sesuatu yang dulu luput dari
perhatiannya. Bahkan menurutnya nuansa mimpi pun sekarang lebih
berbunga-bunga. Baginya semuanya jadi tampak indah, warna-warni, dan wangi
semerbak.

Lebih mencengangkan lagi, di apartemennya bertebaran buku-buku karya
Kahlil Gibran, pujangga Libanon yang banyak menghasilkan masterpiece
bertema cinta. Tak cuma menghayati, kini dia pun menjadi penyair yang
mampu menggubah puisi cinta. Sesekali dilantunkannya bait-bait syair.
"Cinta adalah kejujuran dan kepasrahan yang total. Cinta mengarus lembut,
mesra, sangat dalam dan sekaligus intelek. Cinta ibarat mata air abadi
yang senantiasa mengalirkan kesegaran bagi jiwa-jiwa dahaga."

Saya tercenung melihat cintanya yang begitu mendalam. Namun, tak urung
menyeruak juga sebersit kontradiksi yang mengusik lubuk hati. Sebagai
manusia, wajar jika saya ingin merasakan totalitas mencintai dan dicintai
seseorang seperti dia. Tapi bukankah kita diwajibkan untuk mencintai Allah
lebih dari mencintai makhluk dan segala ciptaan-Nya?

Lantas apakah kita tidak boleh mencintai seseorang seperti sahabat saya
itu? Bagaimana menyikapi cinta pada seseorang yang tumbuh dari lubuk hati?
Apakah cinta itu adalah karunia sehingga boleh dinikmati dan disyukuri
ataukah berupa godaan sehingga harus dibelenggu? Bagaimana sebenarnya
Islam menuntun umatnya dalam mengapresiasi cinta? Tak mudah rasanya
menemukan jawaban dari kontroversi cinta ini.

Alhamdulillah, suatu hari ada pencerahan dari tausyiah dalam sebuah
majelis taklim bulanan. Islam mengajarkan bahwa seluruh energi cinta
manusia seyogyanya digiring mengarah pada Sang Khalik, sehingga cinta
kepada-Nya jauh melebihi cinta pada sesama makhluk. Justru, cinta pada
sesama makhluk dicurahkan semata-mata karena mencintai-Nya. Dasarnya
adalah firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah 165, "Dan di antara manusia
ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah."

Jadi Allah SWT telah menyampaikan pesan gamblang mengenai perbedaan dan
garis pemisah antara orang-orang yang beriman dengan yang tidak beriman
melalui indikator perasaan cintanya. Orang yang beriman akan memberikan
porsi, intensitas, dan kedalaman cintanya yang jauh lebih besar pada
Allah. Sedangkan orang yang tidak beriman akan memberikannya justru kepada
selain Allah, yaitu pada makhluk, harta, atau kekuasaan.

Islam menyajikan pelajaran yang berharga tentang manajemen cinta; tentang
bagaimana manusia seharusnya menyusun skala prioritas cintanya. Urutan
tertinggi perasaan cinta adalah kepada Allah SWT, kemudian kepada
Rasul-Nya (QS 33: 71). Cinta pada sesama makhluk diurutkan sesuai dengan
firman-Nya (QS 4: 36), yaitu kedua orang ibu-bapa, karib-kerabat (yang
mahram), anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Sedangkan
harta, tempat tinggal, dan kekuasaan juga mendapat porsi untuk dicintai
pada tataran yang lebih rendah (QS 9: 24). Subhanallah!

Perasaan cinta adalah abstrak. Namun perasaan cinta bisa diwujudkan
sebagai perilaku yang tampak oleh mata. Di antara tanda-tanda cinta
seseorang kepada Allah SWT adalah banyak bermunajat, sholat sunnah,
membaca Al Qur'an dan berdzikir karena dia ingin selalu bercengkerama dan
mencurahkan semua perasaan hanya kepada-Nya. Bila Sang Khaliq memanggilnya
melalui suara adzan maka dia bersegera menuju ke tempat sholat agar bisa
berjumpa dengan-Nya. Bahkan bila malam tiba, dia ikhlas bangun tidur untuk
berduaan (ber-khalwat) dengan Rabb kekasihnya melalui shalat tahajjud.
Betapa indahnya jalinan cinta itu!

Tidak hanya itu. Apa yang difirmankan oleh Sang Khaliq senantiasa
didengar, dibenarkan, tidak dibantah, dan ditaatinya. Kali ini saya baru
mengerti mengapa iman itu diartikan sebagai mentaati segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya. Seluruh ayat-Nya dianggap sebagai
sesuatu yang luar biasa sehingga seseorang yang mencintai-Nya merasa
sanggup berkorban dengan jiwa, raga, dan harta benda demi membela
agama-Nya.

Totalitas rasa cinta kepada Allah SWT juga merasuk hingga sekujur roh dan
tubuhnya. Dia selalu mengharapkan rahmat, ampunan, dan ridha-Nya pada
setiap tindak-tanduk dan tutur katanya. Rasa takut atau cemas selalu
timbul kalau-kalau Dia menjauhinya, bahkan hatinya merana tatkala
membayangkan azab Rabb-nya akibat kealpaannya. Yang lebih dahsyat lagi,
qalbunya selalu bergetar manakala mendengar nama-Nya disebut. Singkatnya,
hatinya tenang bila selalu mengingat-Nya. Benar-benar sebuah cinta yang
sempurna... Puji syukur ya Allah, saya menjadi lebih paham sekarang! Cinta
memang anugerah yang terindah dari Maha Pencipta. Tapi banyak manusia
keliru menafsirkan dan menggunakannya. Islam tidak menghendaki cinta
dikekang, namun Islam juga tidak ingin cinta diumbar mengikuti hawa nafsu
seperti kasus sahabat saya tadi.

Jika saja dia mencintai Allah SWT melebihi rasa sayang pada kekasihnya.
Bila saja pujaan hatinya itu adalah sosok mukmin yang diridhai oleh-Nya.
Dan andai saja gelora cintanya itu diungkapkan dengan mengikuti
syariat-Nya yaitu bersegera membentuk keluarga sakinah, mawaddah, penuh
rahmah dan amanah... Ah, betapa bahagianya dia di dunia dan akhirat...

Alangkah indahnya Islam! Di dalamnya ada syariat yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia mengelola perasaan cintanya, sehingga menghasilkan
cinta yang lebih dalam, lebih murni, dan lebih abadi. Cinta seperti ini
diilustrasikan dalam sebuah syair karya Ibnu Hasym, seorang ulama
sekaligus pujangga dan ahli hukum dari Andalusia Spanyol dalam bukunya
Kalung Burung Merpati (Thauqul Hamamah), "Cinta itu bagaikan pohon,
akarnya menghujam ke tanah dan pucuknya banyak buah." Wallahua'lam
bish-showab.




Cinta dalam Islam
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirmThiEh2o_grBtHhJY5sxiGAF1nuJJX0es-B6S4xraM4f1pITjLW9om_hdGl3pXHQs5GUHB9I9pjC7ZE8tkIhotZ3R-E7D1QvdDpQlyJ79GhIbbOg5I7lAolD78UKNzZ5ePNLABj8AtE/s320/tumblr_lw1v2uicjX1r1842so1_500.jpg

Sabda Rasulullah s.a.w:
"Hindarilah zina sebab ia menimbulkan enam kesan buruk, tiga di dunia dan tiga di akhirat. Yang di dunia, zina akan menghilangkan kegembiraan, menyebabkan fakir & mengurangi
umur sedangkan keburukan di akhirat nanti, zina menyebabkan pelakunya diazab, dihisab secara ketat dan kekal di neraka."
(Hadis riwayat Baihaqi)
Sebenarnya Islam tidak memusuhi cinta. Malah Islam memandang tinggi persoalan cinta yang tentunya merupakan perasaan dan fitrah yang menjiwai naluri setiap manusia. Cinta secara Islam hanya satu iaitu perkahwinan. Cinta berlaku setelah ijab qabul; cinta lepas kahwin. Itulah cinta sakral dan qudus. Cinta yang bermaruah. Bukan cinta murahan. Inilah kemuliaan agama kita,Islam. Apabila Islam melarang sesuatu perkara,tentulah ia digantikan dengan sesuatu yang lebih baik. Kalau ia melarang cinta antara lelaki dan wanita sebelum kahwin,ia membawa kepada sesuatu sebagai ganti yang lebih baik iaitu perkahwinan.
Sabda Rasulullah saw :
Tidak ada yang lebih patut bagi dua orang yang saling mencintai kecuali nikah
(Ibni Majah)
Cinta adalah maruah manusia. Ia terlalu mulia.
Allah taala berfirman :
“Dan tidak ada dosa kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengahwini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahawa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahsia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang maaruf..”
(Al-Baqarah : 235)

CINTA Menurut Pandangan Islam

Assalamu’alaikum Asik Lovers. apa sih itu CINTA?
Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga :
(1) Lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain.
(2) Lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain.
(3) Lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Allah SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Allah SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Allah SWT daripada perintah yang lain.
Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.
Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah).
Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)..
7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya
memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada
sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi..
8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, layukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286).
Nah,udah pada tau kan apa itu cinta.
Semoga bermanfaat ya Asik Lovers.
Syair Arab menyebut, apabila seseorang yang
bercinta di tanya, “Apakah kau menyintai atau
sedang bercinta dengannya?”, maka
dijawabnya, “Oh, tidak…kawan sahaja atau apa
sahaja alasannya,” Ketahuilah dia seorang
pasangan KAZZAB (penipu)”
______________________________________
“…Rasa hormat adalah asas penting menjalin
hubungan cinta yang suci sesuai dengan aturan
Allah swt. Hormat kepada perintah Allah, ajaran
Rasul serta hormat ke atas hak dan maruah di
antara pasangan amat dititik beratkan ke arah
satu hubungan yang berkekalan.
Seorang lelaki yang jujur terhadap cinta dan kasih
sayang yang terjalin terhadap seorang wanita
tidak sewenang-wenangnya menyentuh tangan
wanita atau memegang erat tubuhnya. Wanita
bukannya objek yang boleh diperalatkan.
Jika ini terjadi, seorang wanita perlu berfikir,
apakah pasangan seperti ini mampu melindungi
dan menjaga maruahnya apabila berkahwin
nanti?
Jika hari ini haknya tergadai kerana seorang yang
dinamakan kekasih, apa kesudahan yang bakal
berlaku satu hari nanti?…”
______________________________________
Istilah cinta amat popular dan menjadi satu
ungkapan setia di bibir-bibir remaja yang
menganggapnya satu kalimah suci dan bererti.
Ada yang berbangga memiliki seorang kekasih
yang setia dan mula memasang angan-angan
untuk mendirikan rumah tangga bersama
pasangan pilihan.
Fanomena ini berlanjutan dari bangku sekolah
lagi malah adakalanya membawa kepada
sesuatu di luar jangkauan
Cinta perlu
difahami. Semestinya seorang remaja
perlu memahami kehendak dan definisi yang
tepat.
Tanya pada diri, sama ada cinta hanya sekadar
gelojak perasaan serta rasa tertarik antara satu
sama lain cukup untuk menjelaskan maksudnya?
Di dalam artikel bertajuk Hakikat Percintaan
Dalam Islam, rasa hati yang dinamakan cinta
merupakan satu perasaan yang semulajadi di
alami oleh setiap insan baik muda mahupun tua.
Allah telah menganugerahkan manusia naluri
untuk meneruskan keturunan (salah satunya,
menyukai pasangan berlainan jantina) atau
dikenali dengan gharizah Al-Nau’.
Ini merupakan salah satu naluri manusia dari yang
tiga iaitu gharizah Al-baqa’ (naluri untuk
meneruskan kehidupan dan mempertahankan),
gharizah Al-Tadayyun (naluri untuk menyembah
dan beragama) dan gharizah Al-Nau’.
Jadi adanya perasaan itu sememangnya sudah
fitrah manusia dan perkara ini wajar dan tidak
haram di
sisi Islam.
Dalam keadaan ini, manusia perlu memahami
kedudukan cintanya dan ke mana hala tuju
seterusnya.
Malangnya remaja hilang punca dan meletakkan
satu kesimpulan yang mudah tentang hakikat
cinta.
Cinta perlu difahami sebagai satu rasa kasih
sayang yang penuh rasa hormat, tanggungjawab,
kesetiaan, komitmen, keikhlasan, bermaruah dan
ada matlamat.
Jika ciri-ciri ini tidak ada dalam apa yang
dikatakan sebagai cinta, maka hubungan
sedemikian sekadar satu permainan dan kepura-
puraan sahaja.
Konsep cinta dalam Islam meletakkan satu aturan
yang sistematik dan teratur tanpa mengabaikan
hubungan antara manusia dan Allah.
Atas dasar ini, Islam meletakkan cinta pada satu
kedudukan yang bermaruah dan bernilai baik bagi
pihak lelaki dan perempuan.
Ke mana hala tujunya destinasi cinta remaja?
Adakah setakat mengisi usia remaja dan
adakalanya putus di tengah
jalan?
Mungkin destinasi cinta remaja yang diingini lebih
kepada konsep ala Barat yang disifatkan penuh
romantis dan indah.
Mulianya cinta berlandaskan Islam kerana cinta
yang dibina bermatlamat. Kerana ingin mendapat
kasih sayang tuhan, manusia sedia berkongsi
rasa cinta dan kasih sayang sesama insan.
Kerana inginkan kasih sayang tuhan jualah,
masing-masing ingin selamat-menyelamatkan
antara satu sama lain dari segi hubungan dan
kehidupan di dunia untuk mengejar sesuatu yang
abadi di akhirat.
Cinta yang dibina bukan cinta kosong tetapi cinta
yang punya pengertian yang luhur dan hanya
dapat dirasakan dengan jiwa yang bersih yang
sentiasa mencari tuhan

Arti Cinta Dalam Islam

http://www.alakadarnya.net/wp-content/uploads/2012/03/cintaIslam-300x216.jpg
Cinta, apa sih arti dari cinta itu ??? semua orang dan para ahlinya pastilah memliki pendapat dan pemikiran yang berbeda-beda. Kalau menurtku pribadi cinta itu ya cinta, saya sendiri juga bingung mengartikan apa yang namanya cinta itu. Namun cinta itu akan selalu ku berikan dan hanya untuk Allah SWT dan Rasulullah SAW lah cinta abadi itu.Cinta yang juga selalu ku berikan untuk ke dua orang tua ku terutama emak ku, hehehe …….., keluarga ku, sahabatku, orang di sekitarku, dan masih ada tanda tanya besar untuk cinta yang ku berikan kepadanya (halahhh paling an cuman cinta monyet biasa, yang penting kerja nyari duit yang banyak dulu, hehehe malah curhat). Menurut id.wikipedia.org Cinta itu adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan kasih sayang terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Menurut situs asysyariah.com yang pernah saya baca dalam mendefinisikan cinta sangatlah sulit jika dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin definisi cinta hanya dapat kita rasakan. Ibnul Qayyim pun juga pernah mengatakan bahwa :
“Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri”.
Pada hakekatnya Cinta itu adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah SWT, maka ia akan menjadi ibadah. Dan apabila sebaliknya, jika cinta itu tidak sesuai dengan ridha Allah SWT maka akan menjadi perbuatan maksiat (seperti yang terjadi pada zaman sekarang ini). Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu kesyirikan.
Islam menyeru kepada cinta, yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada Agama, cinta kepada aqidah, juga cinta kepada sesama makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta antara suami istri sebagai sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya, firman Allah SWT:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Ruum: 21)”.
Cinta Menurut Al Qur’an :
1. CINTA MAWADDAH adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2. CINTA RAHMAH adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih walaupun ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antara orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim ertinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
3. CINTA MAIL adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedut seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. CINTA SYAGHAF adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) boleh jadi seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyedari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, isteri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
5. CINTA RA’FAH yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak sanggup membangunkannya untuk sholat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut istilah ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini hukuman bagi penzina (Q/24:2).
6. CINTA SHOBWAH yaitu cinta buta, cinta yang mendorong kelakuan yang menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut istilah ini ketika mengisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, “wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)”.
7. CINTA SYAUQ (RINDU), istilah ini bukan dari Al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan Al Qur’an. Dalam surat Al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad :  ”wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu”. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab “Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin”, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, (hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi).
8. CINTA KULFAH yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut Al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, “la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)”.
Cinta Sejati Menurut Islam :
1. Tidak rela yang dicintai menderita
2. Rela berkorban apapun demi yang dicintai
3. Memenuhi segala keinginan dari yang dicintai
4. Tidak pernah memaksakan kehendak kepada yang dicintai
5. Berlaku sepanjang masa. Cinta tersebut hanya ada antara Khalik dan Makhluk, cinta antara makhluk harus ditambah syarat-syarat berikut:
a. Cintanya tersebut karena Allah S.W T.
b. Harus memenuhi segala aturan yang dibuat oleh Allah SWT.
c. Sex bukanlah cinta dan cinta bukanlah sex, tetapi sex adalah bunga-bunga dari cinta dan hanya ada dalam pernikahan dan hanya dengan yang dinikahi
d. Cinta bukan uang atau harta atau duniawi, tetapi cinta membutuhkan uang, harta dan duniawi.
Begitu indahnya cinta Islam, cinta untuk Allah, cinta untuk Rasulullah, cinta untuk orang yang melahirkan kita, cinta untuk orang tua kita, cinta untuk sahabat kita, cinta untuk orang di sekitar kita, cinta untuk orang yang akan mendampingi kita nantinya, dan tentunya cinta untuk semua makhluk-makhlukNya. Namun pada zaman sekarang dan situasi kondisi saat ini, cinta yang lahir cenderung penuh dengan hawa nafsu, nafsu yang menggebu-gebu dan menyimpang dari norma-norma agama dan apa yang telah diperintahkan Allah SWT, serta menyimpang dari sebuah tujuan murni cinta itu yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita terutama pada kalangan muda bahakan anak-anak pun dibuai dengan lagu-lagu cinta, dibuat terlena dengan tontonan kisah cinta (sinetron, film) yang menghanyutkan kita ke dalam dunia khayal yang merugikan. Bahkan sekarang ini banyak orang yang menyalahartikan makna dan arti dari apa cinta itu sebenarnya, sehingga mereka terdorong melewati batas pergaulan dan tatasusila seorang mukmin.
Maka daripada itu,  renungkanlah sejenak kawan hakikat sebuah kehidupan kita di dunia ini. Rasullulah SAW bersabda:
“Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri.” Juga sabda Rasulullah, “Barang siapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka hendaklah ia mencintai orang lain karena Allah.” (HR Hakim dari Abu Hurairah)”.
Ingatlah kawan kita di dunia ini hanyalah mampir minum sebentar. Lihatlah matahari yang biasa menerangi alam semesta ini, seterang-terangnya dan  sepanas-panasnya dia…saat waktunya tiba, dia juga akan menghilang dan pulang kembali ke peraduannya, begitu juga dengan apa yang kita miliki di dunia ini, bahkan diri kita sendiri, jika saatnya tiba, …kita juga akan sama dengan matahari itu.
Cinta Dalam Diam

Cinta Dalam Diam

alt
Bila belum bersedia melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam ...
Karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya ...
Kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang,
Kau tak mau merosak kesucian dan penjagaan hatinya..
Karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu..
Menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..
Karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
Karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH swt pilihkan untukmu ...
Ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan Ali??
Yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ...
Tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah ....
Karena dalam diammu tersimpan kekuatan ... kekuatan harapan ...
Hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata ...
Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap pada-Nya??
Dan jika memang 'Cinta Dalam Diammu'  itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam ...
Jika dia memang bukan milikmu, Allah, melalui waktu akan menghapus 'Cinta Dalam Diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat ...
Biarkan 'Cinta Dalam Diammu'  itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahsia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu ...
Cintailah ia dalam diam, dari kejauhan, dengan kesederhanaan dan keikhlasan...
Ketika cinta kini hadir tidaklah untuk Yang Maha Mengetahui saat secercah rasa tidak lagi tercipta untuk Yang Maha Pencipta izinkanlah hati bertanya untuk siapa ia muncul dengan tiba-tiba...mungkinkah dengan ridha-Nya atau hanya mengundang murka-Nya...
Jika benar cinta itu karena Allah maka biarkanlah ia mengalir mengikuti aliran Allah karena hakikatnya ia berhulu dari Allah maka ia pun berhilir hanya kepada Allah..
" Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah ." (QS. Adz Dzariyat:49)
" Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. " (QS. An Nuur: 32)
" Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. "  (QS. Ar-Ruum:21)
Tapi jika memang kelemahan masih nyata dipelupuk mata maka bersabarlah... berdo'alah... berpuasalah...
" Wahai kaum pemuda, siapa saja diantara kamu yang sudah sanggup untuk menikah, maka menikahlah, sesungguhnya menikah itu memelihara mata, dan memelihara kemaluan, maka bila diantara kamu belum sanggup untuk menikah, berpuasalah, karena ssungguhnya puasa tersebut sebagai penahannya " (Hadist) "
" Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. " (QS. Al Israa' :32)
Cukup cintai ia dalam diam...
bukan karena membenci hadirnya.. .tapi menjaga kesuciannya bukan karena menghindari dunia... tapi meraih surga-Nya bukan karena lemah untuk menghadapinya.. .tapi menguatkan jiwa dari godaan syaitan yang begitu halus dan menyelusup..
Cukup cintai ia dari kejauhan...
karena hadirmu tiada kan mampu menjauhkannya dari cobaan karena hadirmu hanya akan menggoyahkan iman dan ketenangan karena hadirmu mungkin saja akan membawa kenelangsaan hati-hati yang terjaga...
Cukup cintai ia dengan kesederhanaan...
memupuknya hanya akan menambah penderitaan menumbuhkan harapan hanya akan mengundang kekecewaan mengharapkan balasan hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan...
Maka cintailah ia dengan keikhlasan...
karena tentu kisah Fatimah dan Ali bin Abi Thalib diingini oleh hati... tapi sanggupkah jika semua berakhir seperti sejarah cinta Salman Al Farisi...?
"...boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. " (QS. AlBaqarah:216) "
" Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)" (QS.An Nuur:26) "
Cukup cintai ia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan...
karena tiada yang tahu rencana Tuhan... mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan... serahkankan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya...
" Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga. " (Umar bin Khattab ra.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar